Selasa, Desember 30, 2008

Menggapai Tahun 2009

Kelesuan perekonomian sebagai akibat dari krisis global kemudian berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan ekonomi di multi sektor. Pemerintah yang pada di bulan-bulan awal krisis global merasa "confidence" dengan stabilitas ekonomi makro, perlahan pada bulan-bulan kedepan mulai memiliki 'sense of crisis', dan pada tahun mendatang akan segera 'berlari' untuk segera mengejar ketertinggalan dengan mengambil tindakan-tindakan perbaikan.

Salah satu headline Kompas online hari ini, Dirjen pajak memperkirakan tahun 2009 penerimaan pajak akan berkurang Rp 70 T sebagai akibat berkurangnya kegiatan industri, tentunya pasti menggerus 'confidence' dan menyiagakan tingkat sense of crisis yang sudah terbangun di awal. Sejatinya, pendapatan pemerintahan yang berasal pajak merupakan kemampuan suatu negara didalam mengumpulkan sumber-sumber pendapatan guna membiayai pembangunan, membayar gaji PNS dan beragam expenses lainnya.
Para pembaca yang budiman, jika pendapatan pajak berkurang jauh maka dari manakah pemerintah akan mendapatkan revenue (jika kita tidak berharap pinjaman/hutang dari luar negeri)? Dan belum lama ini, pemerintah secara tegas telah mulai mengalihkan sumber pendapatan yang semula berasal dari sektor primer-yang nyata-nyata telah merusak alam dan sukses menimbulkan bencana alam & moral yang berkepanjangan-menuju sektor sekunder dan tersier. Ini terlihat dari dari Undang-Undang Pertambangan yang baru dan semakin ketatnya pemerintah dalam menindak para pelaku illegal logging.


Masa Peralihan & Perubahan Paradigma Bangsa

Namun tentunya untuk jangka pendek diperlukan "action" yang bukan hanya merupakan 'quick fixes' untuk dunia usaha tetapi lebih dari itu. Strategi diatas sangat bagus untuk jangka panjang dan sebagai penentu bagi pergerakan bangsa ini ke depan (baca Kisah "Arus Balik" & Knowledge Management). Ini kemudian dijawab oleh 3 program Pemerintah di tahun 2009, (sebagaimana penulis lansir dari Kompas online pada hari ini, 30/12/2008 ), yakni:
(1) PROTEKSI IMPOR dengan membatasi impor 12 jenis barang. (Yakni garmen, alas kaki, mainan, elektronik, kosmetik, makanan dan minuman, baja, sepeda, telepon genggam, komponen otomotif, lampu hemat energi, dan keramik);
(2) SUBSIDI FISKAL: Pemerintah akan mengalokasikan dana sebesar Rp 10 triliun untuk subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah atau PPN-TP (Jenis barang yang termasuk dalam PPN-TP ini antara lain tekstil, baja, minyak goreng, dan sepatu). Dan Pemerintah juga menyiapkan dana sebesar Rp 2,5 triliun untuk pembebasan bea masuk (BMDTP) pada 10 sektor usaha yang rawan terkena dampak krisis keuangan global. Misalnya, industri makanan dan minuman, elektronik, dan komponen elektronik;
(3) PROGRAM KKPE: program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) bagi dunia pertanian dengan bunga pinjaman 10 persen. Target KKPE tahun depan minimal sama dengan 2008, kurang lebih berkisar Rp 10,86 triliun.

Artinya dengan adanya program ini Indonesia diharapkan bukan lagi sebagai produsen barang primer dan menjadi konsumen barang sekunder dan tersier paling potensial di dunia... Tetapi beralih menjadi produsen barang sekunder dan tersier untuk jangka waktu seterusnya.

Dari paparan diatas, peralihan yang dilakukan bangsa besar ini memerlukan "perubahan paradigma berpikir". Jika semula kita semula memiliki mental "keterbatasan sumber daya alam" atau batasan jarak pandang dimana segala sesuatunya serba terlihat / tangible" berubah menjadi manusia bermental "keberlimpahan dalam mengembangkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terlihat/ intangible (the unlimited asset)". Artinya pengembangan innovasi dan daya cipta manusia. Karena itulah untuk menggapai tahun 2009 ini diperlukan upaya yang 'sangat keras' dari berbagai pihak. Sebagai contoh: mengembangkan budaya menghargai kekayaan intelektual. Mulai dari hal yang kecil saja, sesuatu yang berada dalam lingkaran pengaruh anda: tidak meng-copy paste Blog orang dan mem-publish tanpa seizin orang ybs; memulai untuk mengeksplor kemungkinan-kemungkinan yang tak mungkin-dimana ini hanya bisa diwujudkan dengan nyali "enterpreneurship"; dan senantiasa mengasah diri/ mengembangkan kompetensi.

Mudah-mudahan dengan artikel dan ilustrasi diatas akan semakin menciptakan kreatifitas, naluri berkompetisi, perubahan paradigma Bangsa Indonesia. Semoga!

Tidak ada komentar: