Sabtu, Agustus 17, 2013

Renungan Peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia



Memperingati HUT kemerdekaan Indonesia ke-68 adalah saat yang tepat untuk merefleksikan diri, merenungkan tindakan korektif apa yang harus dilakukan oleh bangsa ini. Maka teringat penulis dengan tokoh-tokoh nasional yang baru dikenal dalam kancah nasional, namun memiliki daya gerak besar di dalam membangun bangsa ini. Mereka memiliki track record sebagai orang-orang pekerja keras; idealis; tidak tinggal diam dalam mentransformasi organisasi yang mereka pimpin, bawahan, maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya; berhasil merubah cara pandang masyarakat/ stakeholders terhadap institusi yang mereka pimpin; hingga meningkatkan kinerja organisasi/ institusi yang mereka bina/ pimpin.


Mereka adalah orang-orang yang memiliki etos atau budaya kerja yang melekat kuat sebagai karakter inti mereka: tidak tinggal diam untuk merubah hal-hal yang berada di dalam kewenangan mereka, memotivasi bawahan mereka, menjadi contoh teladan bagi bawahan serta orang-orang di sekitarnya, menjalankan apa-apa yang menjadi perkataan mereka, senantiasa membutuhkan feedback/ umpan balik dan cepat merespon umpan balik tersebut; serta bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita membangun bangsa.

Penulis sangat kagum dengan kiprah mereka, sehingga ditengah-tengah karut-marut “politik-ekonomi-sosial-budaya” kompleks dan meruntuhkan moral ini, mereka bagaikan oase bagi musafir: petunjuk bagi orang-orang berilmu. Mereka bagaikan mercusuar: contoh teladan bagi orang-orang yang merindukan pemimpin yang adil. Dan mereka bagaikan sebuah pembangkit: memompa semangat siapa saja yang bersentuhan dengannya, bekerja tidak hanya untuk membanggakan, membahagiakan sang pemimpin, namun untuk membangun bangsa.

Di hari yang bersejarah ini, izinkan penulis merenungkan bahwa kiprah orang-orang ini, yang sebetulnya merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Kita tidak hanya hidup dalam wacana, konsep ideal, dan perencanaan. Namun contoh teladan, dan lebih spesifik lagi: budaya kerja. Budaya kerja atau etos kerja ini akan melahirkan pribadi yang jujur & dapat dipercaya karena senantiasa berusaha menepati komitmen yang diikrarkan; kreatif, inovatif serta pantang menyerah demi mewujudkan visi; bekerja tidak setengah-setengah – bahkan untuk mengejar kesempurnaan; berorientasi kepada stakeholders dengan memberikan pelayanan serta kinerja organisasi/ institusi yang lebih baik; meningkatkan kerjasama internal dengan cara “meluluhkan dinding-dinding arogansi” antar unit kerja, menjalankan reformasi birokrasi, dan menggalang kerjasama eksternal dengan menggandeng institusi lain, bahkan tokoh-tokoh yang menjadi kawan maupun lawan.

Membangun Budaya Kerja Berarti Membangun Karakter Bangsa

Terbangunnya budaya kerja yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baru. Dan perubahan perilaku ini tidak hanya mempengaruhi orang-orang yang bekerja di dalam unit di tempat kita bekerja, bahkan meluas menulari orang-orang yang hidup di sekitar kita. Perilaku-perilaku ini akan melahirkan pribadi-pribadi tangguh, kuat, dan pekerja keras.

Jika penerapan budaya kerja ini diterapkan di seluruh pelosok negeri, dalam waktu yang tidak beberapa lama lagi, insyaAllah, kita bukanlah bangsa yang cengeng, bangsa peminta-minta dengan hutang luar negeri yang besar & serta bangsa yang mudah sekali menyerah dan berkeluh-kesah. Kita adalah bangsa yang pekerja keras dan senantiasa mengejar kesempurnaan. Jika kita berhasil menjadi bangsa yang pekerja keras dan senantiasa mengejar kesempurnaan, maka kita merubah diri dari “bangsa follower” yang sangat menyukai segala sesuatu yang serba asing/ luar negeri, menjadi bangsa yang kreatif, inovatif serta menghargai karya cipta bangsa sendiri. Jika kita berhasil menjadi bangsa yang kreatif, inovatif dan berdaulat; maka dengan semangat pekerja keras & mengejar kesempurnaan, kita tidak hanya menjadi bangsa yang disegani, bahkan menjadi kekuatan di dalam kancah percaturan bangsa-bangsa.

Sebagai penutup renungan ini, dari mana dan bagaimana agar perubahan ini lahir? Mengutip kata-kata bijak dari K.H. Abdullah Gymnastiar:

“Mulai dari diri-sendiri, Mulailah dari hal yang terkecil, dan Mulailah dari sekarang”

Merdeka!