Selasa, Agustus 14, 2012

Renungan Menjelang Peringatan HUT Kemerdekaan RI

Menjelang detik-detik peringatan HUT Kemerdekaan RI, mencermati kegiatan selama satu tahun ke belakang, hal apa yang telah kita kontribusikan kepada Ibu Pertiwi? Jawaban yang diharapkan tidak sulit: membeli dan memakai produk buatan Indonesia, menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, menghargai dan mengapresiasi kesenian Nusantara, mengajarkan Wawasan Kebangsaan kepada anak sejak dini melalui nilai-nilai, bacaan atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah, melestarikan makanan dan permainan tradisional, memperkenalkan anak dengan perusahaan/ korporasi Indonesia dan bangga menggunakannya, dst. 

Mengapa hal di atas sedemikian penting? Ke semua hal di atas sangat erat dengan kegiatan sehari-hari, mudah dilakukan dan perlahan-lahan akan membangun kekuatan karakter seolah tertidur selama ini. Sehari-hari kita sudah dibombardir oleh iklan dan tawaran produk-produk dari luar negeri yang menggiurkan. Murahnya melakukan perjalanan ke luar negeri berikut kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, sehingga kekuatan image/ citra telah menjadikan kita menjadi "sosok fanatis" dengan segala sesuatu yang berasal dari luar negeri. Sesuatu yang baru, yang tidak akan di dapat dari negara ini. Kita mengucapkan kata-kata, memilih bahan kebutuhan sehari-hari bahkan mencitrakan diri dengan sesuatu yang asing.

Di sisi lain, terdapat bangsa-bangsa yang sangat fanatik dengan produk dalam negeri mereka sendiri. Tengok saja WNA Jepang yang sedapat mungkin akan menghindari menggunakan produk luar dan menggunakan produk dalam negeri mereka meskipun mahal. Demikian juga WNA Korea, Perancis, Cina, Amerika, dst. Mereka sangat bangga dengan perusahaan/ jasa milik bangsa sendiri. Produk dan jasa mereka menjadi tuan rumah di negara mereka sendiri.
Karena telah menjadi tuan rumah, maka otomatis akan menciptakan kesempatan/ peluang kerja bagi rakyatnya oleh karena tingginya permintaan produk/ jasa tsb. Lalu pengaruh kecintaan mereka akan produk/ jasa tsb "menulari bangsa lain" untuk mencoba/ menggunakan produk yang sama. Sehingga bangsa yang berkarakter ini menjadikan bangsa yang kurang berkarakter (lemah) sebagai pengikut atau "follower" trend-trend yang mereka ciptakan.

Bangsa yang besar mengekspresikan kecintaan akan kekayaan budaya dan alam... memilih untuk mengunjungi objek-objek wisata di Indonesia, mempelajari berbagai seni dan berbagai keunikan dari kekayaan tradisi.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya".
Kata mutiara di atas bukan berarti bangsa ini terkurung oleh sejarah masa lalu, hafal dengan rangkaian kejadian dan tahun kelahiran para pahlawan tsb.
Para pahlawan yang syahid mengorbankan jiwa dan raga sesungguhnya telah meletakkan fondasi dan jalan bagi generasi penerusnya untuk mengisi kemerdekaan (masa kini dan masa datang) dengan bekerja keras untuk berbenah; berpeluh untuk menciptakan perbaikan/ inovasi yang berkelanjutan; serta berinvestasi pada nilai-nilai luhur dan pendidikan yang berkelanjutan untuk mencapai visi

“[…] untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial […].”
sebagaimana yang termaktub pada UUD 1945.

Baru-baru ini sebuah peryataan yang menggugah semangat untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa kita:
"Rebut kembali jam kerja yang saat ini dirampas asing dengan merampas nilai tambah produk yang seharusnya milik rakyat Indonesia,"
BJ Habibie 2012.


Semoga melalui renungan ini aktualisasi "kebiasaan-kebiasaan kecil bangsa yang besar" akan dapat segera terwujud.

Tidak ada komentar: