Kehadiran generasi ini pada awalnya cukup merepotkan pimpinan level senior dan mulai dibicarakan di forum pertemuan para Change Agent. Mereka dianggap labil, tidak tahu sopan santun, tidak dimengerti dari sisi bahasa dan karakter, dst. "Label negatif" ini semakin mengemuka karena merekalah yang akan menjadi generasi penerus di perusahaan yang kebanyakan pegawainya akan menghadapi masa pensiun. Keluhan terhadap gen Y ini semakin menjadi, dan mereka bahkan dianggap sebagai biang “kontra produktif” bagi kemajuan perusahaan.
Manajemen tidak berdiam diri dengan situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan tsb. Training bertemakan gen Y pun wajib diikuti oleh para pimpinan senior. Perlahan tapi pasti, datangnya gen Y ini berhasil merubah paradigma pendatang lama. Melalui program pendampingan yang disesuaikan dengan karakteristik gen Y, mereka tidak lagi dianggap sebagai biang kontra produktifitas, namun menjadi hulu ledak bagi kreatifitas. Tidak jarang, generasi yang “melek teknologi informasi” ini secara signifikan mempercepat proses pelaksanaan kerja, di beberapa proses. Di tangan mereka, pola kerja supporting sebagai “inputter” berubah menjadi “controller” dan bahkan menjadi “analis” data bagi unit yang membutuhkan. Di sisi lain, para pegawai senior memberikan ruang bagi “sifat multitasking” gen Y (recharging energy), mengijinkan mereka menyalurkan bakat seni dan olah raga di keseharian, merangkul mereka dan berdialog dengan menjalankan hal-hal yang mereka sukai, dan bahkan berbahasa seperti layaknya bahasa mereka. Dan perlahan tapi pasti, mereka memberikan warna tersendiri bagi unit dimana mereka bekerja. Semangat mereka yang tinggi untuk belajar dan memberikan kontribusi menggugah para seniornya.
Dari hari ke hari, semakin penulis meyakini bahwa penerimaan perusahaan ini terhadap kiprah para gen Y semakin baik. Mereka tidak lagi dianggap sebagai “anak kemarin sore”. Mereka dipercaya sebagai ketua program/ koordinator kegiatan, tim kreatif, dsb. Tidak jarang celetukan dan banyolan lucu dari para senior kepada para junior dan bahkan kesediaan mereka untuk larut dalam “dunia gen Y” menjadikan kesenjangan usia tak lagi berjarak.
Ciuus, miapah?
Bagaimana dengan perusahaan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar