Kamis, Juni 14, 2012

Penguji Kekokohan Nilai-Nilai Keluarga


Pembaca yang berbahagia, sebagaimana penerapan Budaya Organisasi, sebetulnya di tengah-tengah keluarga pun kita menerapkan, memperkenalkan, dan bahkan mempertahankan nilai-nilai keluarga. Semakin teruji kekuatan nilai-nilai tersebut, maka semakin matang sifat, karakter, dan perilaku anggota keluarga di tengah lingkungan masyarakat.

Sedari lahir hingga dewasa, Sang Anak secara sadar maupun tidak sadar sebetulnya telah terpapar dan ditempa oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya. Sang Anak dibiasakan, dibimbing, dan diajarkan orang tua berupa kegiatan, kebiasaan, perilaku yang dijalankan berulang kali, hingga kegiatan/ kebiasaan/ perilaku yang terkecil. Dan acapkali bilamana orang tua tidak berkenan dengan kegiatan/ kebiasaan/ perilaku tsb, Sang Anak ditegur, dimarahi, bahkan mendapatkan hukuman. Dan tak bosan-bosannya orang tua senantiasa mengingatkan, terus-menerus menanamkan nilai-nilai hidup tsb kepada Sang Anak tercinta, sehingga tanpa diawasi, disuruh dan ditemani mereka telah menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai yang kita inginkan.

Sebagai contoh: memupuk perilaku "otonom/ mandiri/ mampu mengambil keputusan sendiri". Orang tua akan mendidik anak dengan diberikan tantangan, persoalan, ujian (sesuai dengan usianya) untuk diputuskan sendiri. Sang Anak cenderung diberikan kebebasan/ keleluasaan untuk menentukan kegiatannya dan tentunya mempertanggungjawabkan kegiatannya. Orang tua juga menyediakan fasilitas kepada Sang Anak untuk mengekspresikan minatnya.
Lambat laun, "pengalaman demi pengalaman" yang dialami oleh Sang Anak akan membentuk selapis demi selapis kepercayaan diri. Bahwa seiring dengan bertambahnya umur, mereka berani dan mampu mengambil keputusan/ beraktifitas/ mempertanggungjawabkan keputusan sendiri. Perlahan, karakter ini akan membentuk jiwa kepemimpinan, oleh karena senantiasa disirami dan tercerahkan oleh lembaga yang bernama “keluarga”. 

Lalu bagaimana dengan memupuk perilaku kejujuran, kesederhanaan, dan perilaku-perilaku luhur lainnya? Sebagaimana halnya pendidikan, semuanya tidak terjadi dalam satu hari. Terkadang konsistensi nilai dapat meningkat dan menurun sebagaimana keimanan. Dan tak jarang Sang Anak mempertanyakan nilai-nilai tersebut kepada orang tua:
"Pa, kenapa kita harus jujur?"
"Ma, kenapa tadi beli tas/ sepatu, kan sepatu/ tasnya belum rusak?"
"Kenapa si A punya permainan X. Aku harus punya X juga.."
dan seterusnya....

Dan sadarkah kita, bahwa dialog demi dialog yang terjadi, meskipun sederhana dan remeh, hal itu sebetulnya semakin memperkuat nilai-nilai keluarga?
  • Bahwa keluarga A menjunjung tinggi kejujuran,
  • Keluarga B menjunjung tinggi nilai kesederhanaan,
  • Keluarga C sebetulnya menjunjung tinggi "nilai fungsi", bukan "aksesori"

                                                       ***

Di akhir hari seringkali orang tua mengevaluasi, merefleksi kegiatan/ kebiasaan/ perilaku apa yang dilakukan Sang Anak sehari-hari; pelajaran apa yang didapatkan; apa yang harus dilakukan supaya hari ini lebih baik dari kemarin; dukungan/ bantuan apa yang dibutuhkan oleh Sang Anak dari orang tua; dst. Evaluasi dan refleksi ini akan semakin mengokohkan anak untuk memahami nilai-nilai dan memotivasi mereka menjadi lebih baik.

Akhir kata, pelaksaan nilai-nilai keluarga, nilai-nilai organisasi berpulang pada sejauh mana orangtua/ pimpinan mempupuk, menyirami, menginspirasi para anggota-anggotanya untuk tetap konsisten dengan kegiatan/ kebiasaan/ perilaku sehari-hari. Sehingga dengan kekuatan "mencontohkan, memastikan, memarahi, mengapresiasi, mengevaluasi" Sehingga tanpa pengawasan, sang penguji kekokohan nilai-nilai ini telah tumbuh sebagai generasi yang optimis, inovatif dan penuh kepercayaan diri. Semoga, saja! 

Tidak ada komentar: