Pada tulisan terdahulu, penulis mengibaratkan organisasi sebagai sebuah ”hangar” yang membesarkan ”orang-orang biasa” menjadi bintang bersinar di dalam organisasi. Suatu hari, penulis berkesempatan untuk menggali dan memahami minat & aspirasi orang-orang biasa ini. Mereka terdiri dari para junior dan para senior. Tentunya perbedaan generasi yang sangat mencolok ini menjadi tantangan internal tersendiri bagi program melesatkan ”bintang organisasi” masa depan: talent management.
Fact & feeling berjalan dengan sangat baik, penulis mendengarkan dinamika organisasi: permasalahan aktual serta ide-ide bagi pengembangan organisasi. Dengan leluasa mereka mengungkapkan secara runtun hal-hal apa yang telah berjalan baik dan hal-hal apa yang harus diperbaiki.
Dalam pengamatan penulis, generasi tua memiliki pengetahuan abstrak dan konsep organisasi yang komprehensif, ditunjang oleh corporate memory yang kuat. Di sisi lain, generasi muda memiliki pengetahuan praktis-aplikatif (adaptif) yang ditunjang oleh kreatifitas dan motivasi yang tinggi. Interaksi inilah yang menjadi inti dari generation gap: pusaran dua generasi dalam berinteraksi dan berkompetisi menyelesaikan permasalahan di keseharian organisasi.
Corporate Memory Vs Creativity
Generasi tua memiliki daya saing historical knowledge berupa ”corporate memory” dibandingkan generasi muda yang baru saja bergabung menjadi anggota organisasi. Mereka memberikan rambu-rambu yang ”tak tertulis” untuk dipahami para generasi muda, dimana hal ini dipahami mereka (generasi muda) sebagai tantangan sejauh mana mereka dapat melangkah/ stretch out di dalam mengeksekusi hingga mengaktualisasikan ide-ide mereka. Dan tantangan eksternal organisasi, dimana mereka akan menjadi orang terdepan dalam menjembatani perubahan kecepatan dan percepatan yang tengah berlangsung di tahun-tahun mendatang.
Generasi muda merasa terkunci, generasi tua takut kehilangan wibawa. Generasi muda ingin percepatan, generasi tua tak ingin mengambil risiko. Pusaran ini melemahkan sebagian anggota organisasi lainnya. Sebagian merasakan energi negatif untuk berhenti berubah dan melangkah namun mengikuti irama dan harmoni yang ada. Sebagian merasakan energi positif untuk terus belajar sambil memupuk keberanian di dalam diri untuk keluar dari tekanan ini.
Sesungguhnya talent management tidak mengenal generation gap, karena ruh dari talent management adalah keinginan untuk belajar, melakukan introspeksi diri, melakukan perenungan, motivasi untuk menjadi yang terbaik, dan menjadi egalitarian- tidak mengenal kasta/ pembatas.
I shine
Hendaknya melalui serangkaian pertemuan kecil ini, mekanisme talent management dikembangkan untuk mengasah, membentuk dan mengembangkan ”orang-orang biasa” ini menjadi ”orang-orang luar biasa”.
Saatnya sekat dan pembatas komunikasi antar generasi dibuka; setiap orang diberikan kesempatan dan peluang untuk berkarya: memberikan yang terbaik dan diberikan apresiasi terhadap inisiasi yang mereka lakukan. Karena melalui talent management, para bintang yang sedang dilesatkan ini tak lagi ragu untuk mengekspresikan kata: I Shine! dalam pentas organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar