Selasa, Desember 08, 2009

Memahami "Campers" dalam Organisasi

Terdapat 3 jenis orang yang sangat lazim ditemui dalam organisasi, yakni: campers, climbers dan quiters. Dalam artikel ini campers akan lebih banyak dibahas karena mereka adalah orang-orang yang average/ mediocre, tidak mencolok dan bisa jadi merupakan sekumpulan orang yang memberatkan gerak langkah organisasi menuju pertumbuhan atau bahkan penghambat perubahan dari waktu ke waktu.

Campers menyukai hidup berkelompok, memiliki rutinitas hidup kolektif, dan sayangnya tidak memiliki tujuan. Jika ditanyakan hal-hal apa saja yang disukai ketika berada di organisasi, maka jawabannya adalah: saya senang berada di sini karena kekeluargaannya yang erat; saya merasa seperti berada di rumah, karena banyak yang memperhatikan saya; saya merasa waktu cepat berlalu di sini, tak terasa sudah lebih dari 10 tahun saya bekerja di sini; saya mendapatkan keseimbangan hidup selama bekerja di sini. Dan berbagai macam jawaban yang sepertinya menyenangkan dan menenangkan. Karena sepantasnyalah setiap orang berjuang untuk mendapatkan tempat senyaman ini.

Lalu mengapa campers ini memberatkan gerak langkah organisasi? Pada umumnya tipikal campers tidak suka diajak berpindah secara drastis, seperti: mendaki bukit yang lebih tinggi; menuruni lembah lalu mendaki gunung; atau berlari mencari tempat yang lebih baik dari tempat yang didiami saat ini. Pola-pola yang sudah diterapkan sedemikian teraturnya sehingga untuk berpindah sangatlah berat. Tenda-tenda sudah didirikan, teman-teman siap dengan api unggun dan tugas-tugas menyenangkan lainnya. Lalu mengapa pindah?

Ketika berpindah, lahirlah para climbers dan quiters. Siapa mereka? Climbers adalah orang yang tertantang untuk bergerak, karena mereka menyukai tantangan... untuk perbaikan diri dan tentunya organisasi. Mereka adalah orang yang gampang sekali menyesuaikan diri dari berbagai kondisi drastis. Dan mereka adalah orang yang tidak takut dalam mengambil risiko. Sedangkan quiters adalah orang-orang yang berhenti atau terhenti, sehingga mereka akan mencari situasi yang tepat untuk mengekspresikan bahwa mereka tidak berada dalam dua posisi ini.

Organisasi membutuhkan climbers yang akan membawa organisasi ke tempat yang lebih baik, quiters akan lebih menghambat gerak organisasi-meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun jumlah campers-lah yang menentukan apakah organisasi menjadi organisasi yang adaptif, berubah untuk kebaikan, & senantiasa berakselerasi dengan tantangan-tantangan yang semakin tidak menyenangkan ini.

Sehingga ada benarnya jika Jack Welsh, mantan CEO GE, secara berkala menyingkirkan para campers ini perlahan-lahan. Bagaimana dengan organisasi Anda?

Lebih lanjut,

Campers:
* Bekerja keras hanya untuk merasa aman
* Hanya mau melakukan perubahan kecil dan resiko minimal
* Cukup mengerjakan hal-hal yang rutin dan sesuai prosedur

Quitters:
* Bekerja sekedar cukup untuk hidup
* Memilih untuk menghindari tantangan dan resiko
* Lebih memilih menunggu daripada memulai inisiatif

Climbers:
* Bekerja untuk menghasilkan perubahan dan inovasi terus menerus
* Tidak takut untuk mengambil resiko yang besar
* Mencari hal-hal yang baru dan menantang

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Yang menarik adalah mengapa seseorang bisa menjadi campers,quitters dan climbers? Mengapa pertanyaan ini penting? Hal ini disebabkan oleh beberapa hal berikut..

Adalah mudah bagi seorang Jack Welch untuk "membuang" campers ataupun quitters dari organisasinya. Tetapi hal ini tidak begitu saja dapat dilakukan oleh perusahaan2 kecil berbeda dengan GE dimana banyak orang mengantri untuk mendapatkan pekerjaan disana.I would kill for the job. Developing a culture that nurtures the climbers is far more important than identifing whose the laggard is and kick him out from the team.

Bisa jadi sebenarnya dalam perusahaan orang-orang yang tadinya climbers berubah menjadi campers karena merasa bahwa "pengalaman" menunjukkan bahwa mengambil resiko dan menerima tantangan dalam perusahaan malah membahayakan karir mereka. Visi yang cantik dan pidato2 CEO yang inspirational menjadi hambar ketika praktek yang dilakukan ternyata memberikan reward untuk mereka yang manut dan punishment bagi mereka yang menunjukkan kesalahan pada pola bisnis perusahaan.