"Give the troops all the responsibility they can handle and then stand back."
"Whether you like it or not, your people follow your example. They look to you for signals, and you have enormous influence over them."
Captain D. Michael Abrashoff
Pembaca majalah horizon yang budiman, artikel kali ini membahas tentang kisah kapal perang “USS Benfold” dipimpin oleh 1 kapten dan 310 awak yang beroperasi di samudera lepas Pasifik. Kapal canggih seberat 8,600 ton, bermesin 4 turbin gas, dan dilengkapi misil perusak ini digelari sebagai a dysfunctional ship: tidak beroperasi sebagaimana seharusnya sebuah kapal perang. Diantara kapal perang yang dimiliki marinir, Kapal ini merupakan kapal yang paling tidak efisien/ boros, paling kotor, awak yang salah kelola (1/3 awak memilih untuk berhenti sebelum kontrak kerja berakhir), dan rendahnya moral awak kapal (hanya separuh awak yang bersedia ditugaskan kembali di kapal ini), serta sederet kesulitan yang mengikuti dysfunctional ship ini. Tentu saja, kondisi yang memprihatinkan seperti ini memerlukan kerja keras pimpinan dan bahkan menguji kepemimpinan yang baru diangkat, Captain D. Michael Abrashoff.
Lalu apa yang dilakukan oleh Abrashoff untuk merubah kondisi dan awak kapal yang telah bertahun-tahun menghadapi kondisi seperti ini? Dan prestasi apa yang berhasil diraih Abrashoff? Dalam buku menarik “It’s Your Ship” yang ditulis sendiri oleh Captain D. Michael Abrashoff menuturkan bagaimana ia memimpin kapal ini dan lesson learned apa yang berdampak tidak hanya bagi moral awak kapal namun juga perbaikan fleet kapal perang yang sedang sial ini.
3 Perubahan Dijalankan Pimpinan
Menyadari bahwa setiap kapal perang memiliki alokasi waktu yang sama, sumber daya hingga training terstandar yang memungkinkan seluruh awak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diemban, maka Captain Mike merenung apa yang sebetulnya menjadi hambatan dan penyebab rendahnya performa kapal perang ini. Captain Mike menyadari, bahwa 90% masalah yang terjadi di atas kapal, penyebabnya adalah dirinya sendiri. Bahwa sukses atau tidaknya sebuah kapal beroperasi ditentukan oleh seberapa baik peran pimpinan. Captain Mike lalu menjalankan 3 perubahan yang dimulai dari diri sendiri: (1) memimpin melalui contoh; (2) mendengarkan bawahan dengan agresif; (3) berkomunikasi dengan tujuan dan makna.
Captain Mike kemudian mewawancarai seluruh awak kapal untuk mendapatkan saran dan masukan mengenai apa yang dapat dilakukan agar kondisi infrastruktur kapal menjadi lebih baik. Perlahan ia mulai mendapatkan masukan mulai dari hal-hal remeh hingga yang teknis. Awak kapal kemudian mulai memiliki ownership terhadap kapal. di sisi lain, prinsip yang diyakini oleh Captain Mike adalah pengetahuan tidak mengenal pangkat (knowledge knows no rank). Ia tidak ragu mengaplikasikan/ menjalankan apa yang menjadi saran dari bawahan, sehingga dapat diimplementasikan pada kapal perang lainnya. Sebagai contoh: mengganti perangkat seperti kunci, rantai yang terbuat dari besi dengan bahan baja stainless. Mengingat dampak penggunaan besi menyebabkan sisi kapal berwarna oranye dan awak kapal harus mengecat sisi kapal secara berkala. Contoh lain, Captain Mike meminta ijin kepada atasannya yang lebih tinggi untuk berinvestasi pada sistem komunikasi satelit yang canggih sehingga memudahkan komunikasi antar kapal perang selama perang teluk (menekan biaya komunikasi – efisien).
Tidak berhenti sampai di situ, Captain Mike memberikan tanggung jawab yang tidak hanya memberdayakan anak buahnya, namun juga melesatkan karir anak buahnya. Captain Mike memberikan contoh nyata, dengan memberikan kesempatan kedua bagi seorang “awak buangan” (dari kapal perang lain) yang kerap bermasalah dan kurang berprestasi, kemudian ia diberikan kesempatan untuk membuktikan dirinya sendiri mampu berprestasi. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh awak tersebut dimana ia menjadi awak terbaik dalam menjalankan pekerjaan krusial dalam menemukan dan melawan kapal selam. Demikian juga dengan kisah seorang awak kapal yang lalai dalam tugasnya, sehingga ia tertinggal di pelabuhan, dan harus diangkut melalui helikopter. Kejadian yang memalukan ini menyebabkan ia dihukum untuk diskors dari penugasan di kapal selama 30 hari dan menuliskan surat permohonan maaf kepada seluruh awak atas kesalahan yang ia perbuat. Performa pasca insiden awak ini dinilai semakin membaik, Captain Mike mengabulkan cuti baginya untuk menjenguk ibunya yang tengah sakit. Sepulang dari cuti, awak kapal ini memenuhi janjinya menjadi pelaut dan lulusan terbaik di kelas “Air Traffic Controller” dan berkarir sebagai “Air Interceptor“ terbaik. Dan berbagai kisah sukses inspiratif yang mewarnai para awak kapal perang “USS Benfold”.
Komunikasi dengan tujuan dan makna menempatkan sikap Captain Mike yang tidak ragu memperbaiki lingkungan kerja serta meningkatkan moral awak kapal. Misalnya, meningkatkan kualitas makanan “USS Benfold” yang selama ini dinilai buruk hingga mengirimkan kartu ucapan kepada pasangan awak kapal “Seluruh staff dan awak USS Benfold mengucapkan Selamat Ulang Tahun”. Beliau menuliskan sendiri bahwa pasangannya telah menjalankan tugas yang baik. Komunikasi/ tindakan yang sederhana namun sangat bermakna bagi awak dan pasangan pelaut yang bermil-mil jauhnya. Pada situasi yang genting pun, Captain Mike pun berupaya meningkatkan moral awak yang bertugas 35 hari tanpa henti di teluk.
Captain Mike segera menemui para awak yang tengah bertugas di tengah flight deck. “Saya tahu ini adalah long haul dan pelaut dan kapal-kapal tengah merayakan kemenangan sementara anda bertugas. Hal ini ada alasan, Angkatan Laut memandang Benfold, dan Anda adalah awak Benfold – kapal yang paling penting di teluk, sehingga hal ini tidak bisa diabaikan. Sederhananya, kita adalah yang terbaik. Terimakasih atas kesediaan Anda untuk bertahan di sini”. Moral awak meningkat 180 derajat, melupakan beratnya tugas dan tanggungjawab yang diemban.
Setelah 20 Bulan
Organisasi saat ini dinilai semakin kompleks, bahkan pimpinan terbaik sekalipun berupaya dengan sangat keras untuk menjalankan roda organisasi dengan efisien. Dibawah tekanan tinggi, jajaran pimpinan bisa saja mengabaikan masalah kronik atau mendorong persaingan diantara anak buah untuk memenuhi keinginan untuk diberikan mandat/ perintah. Ketika pimpinan tidak berfungsi atau “dysfunctional”, kondisi organisasi pun segera mengikuti.
Setelah bertugas selama 20 bulan, melalui 3 langkah perubahan yang dijalankan oleh Captain D. Michael Abrashoff, ia berhasil menyelesaikan tugasnya memimpin kapal USS Benfold dengan prestasi yang gemilang. Diantaranya adalah:
- USS Benfold berhasil mengurangi kegagalan peralatan hingga 2/3
- Kapal perang beroperasi 75% dari anggaran
- Meraih penghargaan fleet dengan Skor Teknik Penggunaan Senjata Tertinggi
- Tingkat retensi awak meningkat 100%
- Memenangi penghargaan sebagai pasukan dengan kapal yang paling siap di Fleet Pacific
Di akhir masa tugas, Captain Mike telah berhasil menginspirasi Angkatan Laut, dimana USS Benfold tidak hanya menjadi contoh teladan bagi kapal perang lainnya, namun juga di luar angkatan laut melalui teknik manajemen Captain D. Michael Abrashoff yang unik ini. Keberhasilan Captain Mike dalam mentransformasi USS Benfold sangat baik dijadikan teladan baik bagi jajaran Meratus Line dalam mengamalkan ISTEP melalui penjabaran perilaku ISTEP yang “Peduli dan mengutamakan kesehatan, keselamatan kerja dan menjaga lingkungan”, serta mewujudkan kepemimpinan yang “Memiliki konsistensi antara kata dan perbuatan sesuai etika bisnis dan ketentuan perusahaan yang berlaku”.
Captain D. Michael Abrashoff Quotes:
• "Leaders need to understand how profoundly they affect people, how their optimism and pessimism are equally infectious, how directly they set the tone and spirit of everyone around them."
• "Never once did I do anything to promote myself, just the organization. That way, no one could ever question my motives."
• "Your people...are more perceptive than you give them credit for, and they always know the score - even when you don’t want them to."
• "Give me performance over seniority any day of the week."
• "The key to being a successful skipper is to see the ship through the eyes of the crew. Only then can you find out what’s really wrong and, in so doing, help the sailors empower themselves to fix it."
Uncut article, dimuat di Majalah Horison
Tidak ada komentar:
Posting Komentar