Untuk bertahan hidup, manusia memiliki kemampuan yang sangat mengagumkan. Pada artikel ini, anugerah Yang Mahakuasa adalah "persona" manusia. Definisi persona diambil dari asal bahasanya adalah:
"a social role or a character played by an actor. This is an Italian word that derives from the Latin for "mask" or "character", derived from the Etruscan word "phersu", with the same meaning. Popular etymology derives the word from Latin "per" meaning "through" and "sonare" meaning "to sound", meaning something in the vein of "that through which the actor speaks..."
Merupakan peran sosial atau karakter yang dimainkan oleh aktor. merupakan istilah dalam bahasa Italia yang diturunkan dari kata "topeng" atau "karakter", diturunkan dari bahasa Etruscan "phersu" dengan arti yang sama. Etimologi populer diturunkan dari bahasa latin "per" yang bermakna "melalui" dan "sonare" yang bermakna "bersuara", yang berarti suatu lapisan yang "dilalui bilamana sang aktor berkata"
Persona yang ditampilkan oleh sekumpulan manusia pembentuk organisasi menyebabkan mereka mampu bertahan dengan kondisi organisasi seperti apapun, baik pada saat mereka menghadapi situasi krisis kepemimpinan, situasi bisnis yang kurang menguntungkan, dan situasi-situasi menekan lainnya. Topeng tersebut memanipulasi tindak tanduk manusia sehari-hari untuk berperilaku positif. Persona memberikan karakter yang membentuk alasan mengapa mereka bertahan di dalam organisasi. Dan persona juga merupakan "corporate culture - layer ketiga" dari Schein (1999) yang sangat sukar dipahami.
Persona pada setiap level dan unit akan memperlihatkan warna yang berbeda-beda, dan cara beradaptasi dan belajar yang berbeda-beda pula terhadap situasi yang mereka hadapi.
Sisi Lain Manusia-Manusia Bertopeng
Organisasi yang penuh dengan manusia-manusia bertopeng ini ternyata juga memiliki sisi lain: jika topeng-topeng tersebut digunakan untuk tujuan negatif, dipakai secara kolektif yang tidak memberikan kontribusi kondusif bagi kesehatan organisasi pada umumnya.
Misalkan, sekelompok manajer yang "berkonspirasi" untuk mempertahankan kekuasaan dan pengaruh, mengabaikan masukan dari "arus bawah". Jika hal ini dibiarkan lama, maka hal ini telah terorganisir dengan baik, akhirnya menular kepada orang-orang lain di bawahnya. Bawahan lama kelamaan akan tahu bagaimana bertingkah-laku, bereaksi, dan tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah sesuai yang diharapkan manajer tadi (seringkali diselesaikan secara dangkal, tanpa perasaan...). Lama kelamaan para pemain sandiwara ini tak lagi bisa membedakan mana nilai yang benar dan mana nilai yang salah di dalam organisasi... sehingga sandiwara real time manusia-manusia bertopeng ini meresap dan tanpa disadari dimainkan di keseharian kegiatan organisasi. Dan akhirnya menjadi sub-value di dalam organisasi
Pengalaman adalah Guru yang Terbaik: Gunakan Topeng secara Bijak
Penulis tidak menangkap topeng itu negatif atau positif, karena di setiap peranan, situasi dan kondisi yang ada, manusia bertindak sebagaimana mestinya. Untuk tujuan positif, gunakan kekuasaan/ kewenangan yang ada untuk menciptakan culture yang sehat, sehingga memungkinkan anggota organisasi menemukan dan merasakan "surga" untuk tetap berkarya dan bertumbuh. Dan sebaiknya, jangan gunakan kekuasaan/ kewenangan untuk membuat dagelan/ sirkus/ tontonan seperti menindas, mencari-cari kesalahan, memeras, menciptakan konflik, dsb, sehingga mendemotivasi karyawan.
Dan sebagai penutup: sudahkan anda menggunakan topeng yang tepat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar