Sehari sebelum hari ini, penulis
membeli majalah yang membahas mengenai unggulnya pendidikan di
Finlandia, dimana meskipun mereka adalah negara berpenduduk homogen nun jauh di
Eropa Utara sana, mereka berhasil membangun pendidikan dengan visi mengajarkan
anak-anak bagaimana caranya hidup, bukan bagaimana cara menghadapi ujian dsb. Lalu apa rahasia suksesnya
pembangunan/ pengembangan pendidikan di Finlandia? Meskipun mereka adalah negara
kecil, sebanyak 42.000 tenaga pengajar di sana adalah 10% dari populasi sarjana
terbaik di seluruh universitas Finlandia dan bahkan sebagian dari mereka menyandang
gelar master. Fakta kedua: guru-guru di sana memiliki kecintaan dengan bidang
pendidikan mereka, dimana mereka saling mem-benchmark metode pengajaran mereka.
Fakta ketiga: negara memberikan cuti bersubsidi selama 3 tahun untuk ibu
pekerja yang melahirkan, dan memberikan subsidi untuk penitipan anak hingga
anak berusia 3-5 tahun. Fakta keempat: mereka memiliki visi, bahwa untuk
membangun negara yang kuat haruslah dimulai dari pendidikan.
Kembali ke
pokok pembahasan memperingati hari Pendidikan Nasional. Benang merah pendidikan
di Finlandia tidak lepas dari Nation Values. Tapi sebelum sampai ke Nation
Values, ada baiknya kita melihat sejenak dalam lingkup organisasi yang lebih
kecil: Corporate Values. Corporate Values merupakan serangkaian perilaku utama
yang menjadi dasar dan arah bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, menyusun
kebijakan, pedoman karyawan dalam berperilaku sehari-hari, dan pedoman SDM/
pimpinan yang berwenang dalam memberikan
reward/ punishment. Bentuk makro dari
Corporate Values adalah “Corporate Culture”. Dimana terdapat pola/ interaksi
yang besar yang melibatkan perilaku-perilaku anggota organisasi dalam organisasi
(sub cultures vs main stream cultures), simbol-simbol (event, tata letak ruangan,
maupun artifak lain yang teramati), dan system di dalam organisasi (manajemen
operasi, sistem SDM, sistem informasi, dll). Interaksi yang besar ini menjadi mosaik
berupa pesan-pesan, bermuatan moral, strategi, pelaksanaan kegiatan/ program/ inisiatif strategis yang memperkuat Corporate
Values tsb.
Bagaimana
dengan Nation Values? Mungkin pembaca ingat dengan Penataran P4 (Pedoman Pengamalan
dan Penghayatan Pancasila), Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, Kewiraan,
dst. Meskipun pelajaran tsb merupakan pelajaran “di awang-awang”, sulit
dimengerti, abstrak, dst. Hal tersebut merupakan bentuk kesadaran pemerintah
kita untuk menanamkan, membentuk, dan membangun Nation Values di waktu itu.
Nation Values Kekinian
Masalahnya,
fondasi yang dibangun tersebut mulai bergeser dan bahkan rapuh. Mengapa? Nation
Values kita dalam konteks kekinian adalah “Laissez faire et laissez passer" ('Let do and let pass'), melalui pesan-pesan yang kita baca/ dengar/ tonton setiap hari di koran-koran,
berita online, hingga berita di televisi. Para pimpinan, sebagai role model kita
adalah orang yang sibuk mengumpulkan kekayaan, melekangkan kekuasaan, mencari
popularitas, tidak berpihak kepada rakyat (dalam artian kata “menindas” yang diperhalus),
ABS (Asal Bapak Senang)/ mementingkan pencitraan (dalam artian kata “tidak peduli” yang
diperhalus), bahkan kroniknya adalah tidak realistis.
Perilaku tidak bermoral/ tidak pantas mulai
didemonstrasikan, integritas mulai dipertanyakan, dan skandal-skandal
pun bermunculan. Seolah Laissez faire et laissez passer dilakukan tanpa kerangka yang jelas, asalkan menguntungkan
pribadi/ sekelompok orang.
Sistem mulai
dirusak, dipolitisir, dipelintir, dst. Menonton siaran politik sudah layaknya
seperti menonton sandiwara.
Inilah pesan-pesan
sehari-hari/ siaran yang kita tonton: “Laissez faire et laissez passer". Dan pikirkan
bagaimana kesudahan generasi penerus bangsa yang besar ini.
Renungan ini
dibuat atas dasar keprihatinan penulis melihat para pemimpin, role model bangsa, orang pilihan yang
duduk memimpin dan mengelola bangsa, yang merepresentasikan identitas bangsa. Pesan-pesan
yang semakin jauh dari “ketinggian moral” menjadi pembelajaran yang akhirnya menjadi
pertanyaan yang pantas direnungkan kita semua:
·
- Apakah pendidikan kita telah berhasil baik membangun negara kita menjadi negara yang kuat dan berdaulat?
- Apakah pendidikan kita telah berhasil baik membangun manusia yang bermoral tinggi, berkarakter khas, memiliki self-pride yang tinggi?
- Apakah pendidikan kita telah berhasil baik membangun generasi yang unggul, kreatif, mencintai/ memakai produk buatan Indonesia, mengandalkan diri sendiri, toleran, dan memiliki militansi yang tinggi?
Pendidikan bukan hanya di tangan para
guru, bukan pula tanggung jawab Departemen Pendidikan semata. Pendidikan
diawali dari rumah, pendidikan diawali dari bagaimana orang tua menanamkan Values
kepada anak-anaknya. Pendidikan adalah sesuatu yang intangible, menuntut role model makro yang menunjukkan, yang memberi
contoh, yang mengoreksi, yang memberi penghargaan, atas nilai-nilai yang
berhasil baik dijalankan oleh setiap anggota organisasi.
Negara ini adalah “lembaga pendidikan”
yang besar, kita belajar dan mencontoh tingkah laku para pimpinan, role model
yang beruntung, terpilih dari sedikit populasi rakyat Indonesia, menjadi cerminan identitas Nation Values kita.
Semoga di hari pendidikan ini menjadi momen renungan dan penyadaran bagi kita semua untuk generasi yang lebih baik.Semoga!
Semoga di hari pendidikan ini menjadi momen renungan dan penyadaran bagi kita semua untuk generasi yang lebih baik.Semoga!