Jumat, April 16, 2010

Kartini, The Indonesian "Women Megratrends"




Kira-kira tahun lalu penulis mem-post-kan artikel yang berjudul "Hari Kartini, Be a Dream Girls"... Siang ini penulis sempatkan diri membeli dan membaca majalah SWA edisi terbaru. Hanya saja, penulis kurang setuju dengan tema sensasional seperti "woman on top". Kali ini penulis tidak bermaksud menulis content SWA, (tips para Kartini sekaligus Srikandi Indonesia dan dunia di dalam menapak karir sekaligus menjaga keseimbangan kerja-keluarga; kepemimpinan wanita di dalam organisasi; dan bagaimana mereka meraih mimpi). Penulis akan mengulas "The Shriver Report": Sebuah ulasan kecil di SWA, namun penting untuk pembaca ketahui.


Pergeseran Demografi & Ramalan Naisbitt
Sebuah laporan "A Woman's Nation Changes Everything", setebal 454 halaman, yang diterbitkan oleh Center for American Progress pada akhir 2009 menunjukkan bahwa separuh dari tenaga kerja tetap adalah wanita. Dan temuan berikutnya menunjukkan bahwa mereka adalah tulang punggung utama keluarga. Dalam executive summary, dipaparkan:

When we look back over the 20th century and try to understand what’s happened to workers and their families and the challenges they now face, the movement of women out of the home and into paid employment stands out as a unique and powerful transformation. Unlike the America our parents still remember and even helped to build, today:

• Moms aren’t home all day caring for younger children, waiting for the cable guy or to pick up the kids from school, yet quality child care and flexible hours at work are in short supply.
Workplaces are no longer the domain of men. The last remnants of those days can scarcely be found at all, save on episodes of “Mad Men” or on “Leave it to Beaver” reruns. Women now comprise half the workers on employers’ payrolls. And while men and women still tend to work in different kinds of jobs, most workers under 40 have never known a workplace without women bosses and women colleagues.
Schools still let kids out in the afternoon, long before the workday ends, and they shut their doors for three months during the summer, even though the majority of families with children are supported by a single working parent or a dual-earning couple.
• Most workers—men and women—now have family responsibilities they negotiate daily with their spouses, family members, bosses, colleagues, and employees. But it is still a rare doctor’s office that is open evenings or weekends, even though so many people work at all hours in our 24/7 economy.


Pergeseran demografis ini sebelumnya telah diramalkan oleh futuris John Naisbitt melalui buku "Megatrends" (1982), dimana wanita diprediksi semakin banyak bekerja di luar rumah, mencetak prestasi dan bahkan sejajar dengan pria. Pada buku berikutnya, "Megatrends for Women" (1992), diramalkan wanita mengubah dunia menjadi semakin baik; pekerjaan lebih menuntut otak dibandingkan otot dan kreatifitas dibandingkan superoritas. Selebihnya ramalan futuris tersebut terus mengukir sejarah!

2 bahasan di atas mengakui peran wanita dari berbagai aspek. Perubahan demografi tersebut mengakibatkan semakin banyaknya pergeseran dinamika di dalam aspek sosial kemasyarakatan. Dibutuhkan kebijakan-kebijakan baru yang: melindungi hak-hak Ibu yang juga berstatus pekerja; meningkatkan partisipasi wanita di bidang politik; perubahan paradigma mulai dari peran gender di dalam "rumah tangga" hingga bisnis.

Sehingga digambarkan pada laporan hlm. 382, betapa perubahan tersebut membawa dampak-dampak seperti: sektor bisnis mulai mempertimbangkan "kepentingan keluarga" para karyawannya -untuk menunaikan tugas domestik rumah tangga- di tengah-tengah jam sibuk mereka; perempuan yang memiliki bisnis membantu meningkatkan taraf hidup inti keluarga; lingkungan agamis untuk mulai mentolerir wanita pekerja; pentingnya peran (tugas dan fungsi riil) seorang Bapak; hingga akses wanita terhadap kontrasepsi untuk menentukan kehidupan masa depan mereka.

Penulis rasa cuplikan laporan ini akan membawa dunia ke gelombang "Women Megatrends" baru.


Kartini, "The Indonesian Women Megatrends"
Bagi penulis, sumbangsih Kartini melalui pemikiran-pemikirannya mengenai emansipasi wanita masih aktual dan bahkan diperingati hingga kini. Mengigat sumbangsih beliau yang sangat berharga ini, kita sebagai bangsa haruslah bangga... jauh sebelum adanya "Megatrends", "Women Megatrends" dan gelombang-gelombang "Women Megatrends" lainnya, Kartini sebagai telah meletakkan konsep dasar dari megatrend ini: Emansipasi Wanita Indonesia.

Selamat memperingati Hari Kartini.