Rabu, Desember 30, 2009

Seasons Greeting:-)

For all dheeneedaily readers all around the world:


I wish for success, good health and happiness:





Happy new year 2010!

Rabu, Desember 23, 2009

Talent Management: I Shine!

Pada tulisan terdahulu, penulis mengibaratkan organisasi sebagai sebuah ”hangar” yang membesarkan ”orang-orang biasa” menjadi bintang bersinar di dalam organisasi. Suatu hari, penulis berkesempatan untuk menggali dan memahami minat & aspirasi orang-orang biasa ini. Mereka terdiri dari para junior dan para senior. Tentunya perbedaan generasi yang sangat mencolok ini menjadi tantangan internal tersendiri bagi program melesatkan ”bintang organisasi” masa depan: talent management.

Fact & feeling berjalan dengan sangat baik, penulis mendengarkan dinamika organisasi: permasalahan aktual serta ide-ide bagi pengembangan organisasi. Dengan leluasa mereka mengungkapkan secara runtun hal-hal apa yang telah berjalan baik dan hal-hal apa yang harus diperbaiki.

Dalam pengamatan penulis, generasi tua memiliki pengetahuan abstrak dan konsep organisasi yang komprehensif, ditunjang oleh corporate memory yang kuat. Di sisi lain, generasi muda memiliki pengetahuan praktis-aplikatif (adaptif) yang ditunjang oleh kreatifitas dan motivasi yang tinggi. Interaksi inilah yang menjadi inti dari generation gap: pusaran dua generasi dalam berinteraksi dan berkompetisi menyelesaikan permasalahan di keseharian organisasi.

Corporate Memory Vs Creativity
Generasi tua memiliki daya saing historical knowledge berupa ”corporate memory” dibandingkan generasi muda yang baru saja bergabung menjadi anggota organisasi. Mereka memberikan rambu-rambu yang ”tak tertulis” untuk dipahami para generasi muda, dimana hal ini dipahami mereka (generasi muda) sebagai tantangan sejauh mana mereka dapat melangkah/ stretch out di dalam mengeksekusi hingga mengaktualisasikan ide-ide mereka. Dan tantangan eksternal organisasi, dimana mereka akan menjadi orang terdepan dalam menjembatani perubahan kecepatan dan percepatan yang tengah berlangsung di tahun-tahun mendatang.

Generasi muda merasa terkunci, generasi tua takut kehilangan wibawa. Generasi muda ingin percepatan, generasi tua tak ingin mengambil risiko. Pusaran ini melemahkan sebagian anggota organisasi lainnya. Sebagian merasakan energi negatif untuk berhenti berubah dan melangkah namun mengikuti irama dan harmoni yang ada. Sebagian merasakan energi positif untuk terus belajar sambil memupuk keberanian di dalam diri untuk keluar dari tekanan ini.

Sesungguhnya talent management tidak mengenal generation gap, karena ruh dari talent management adalah keinginan untuk belajar, melakukan introspeksi diri, melakukan perenungan, motivasi untuk menjadi yang terbaik, dan menjadi egalitarian- tidak mengenal kasta/ pembatas.

I shine
Hendaknya melalui serangkaian pertemuan kecil ini, mekanisme talent management dikembangkan untuk mengasah, membentuk dan mengembangkan ”orang-orang biasa” ini menjadi ”orang-orang luar biasa”.

Saatnya sekat dan pembatas komunikasi antar generasi dibuka; setiap orang diberikan kesempatan dan peluang untuk berkarya: memberikan yang terbaik dan diberikan apresiasi terhadap inisiasi yang mereka lakukan. Karena melalui talent management, para bintang yang sedang dilesatkan ini tak lagi ragu untuk mengekspresikan kata: I Shine! dalam pentas organisasi.

Selasa, Desember 15, 2009

Setelah Kunjungan Berikutnya...

Rasanya masa-masa itu sudah lama sekali berlalu. Namun kali ini penulis berkesempatan menemui kembali perusahaan yang sama, namun dengan kacamata yang berbeda. Setelah beberapa lama, orang-orang yang pernah penulis temui bertambah arif & bijak, dan tak jarang tengah berada pada puncak puncak karir. Pembaca sekalian, kunjungan berikut ini benar-benar menginspirasi penulis.

Perusahaan ini dikenal sangat dinamis, memiliki citra yang sangat baik. Dimana hal ini ditandai dengan adanya perubahan struktur organisasi, kepemimpinan hingga kesisteman, dan secara silih berganti perusahaan telah menjalankan program serta perubahan sebagaimana yang direkomendasikan oleh para experts untuk perbaikan keadaan yang tengah berjalan. Hanya saja, kecepatan perubahan terhadap daya dukung SDM kini tengah diuji.

Penulis seakan melihat flash back masa lalu ketika berhadapan dengan kondisi saat ini; penulis kemudian bertanya, menggali, sekaligus menelusuri: ada apa yang salah dengan struktur, strategi, inisiasi, dan berbagai hal-hal baik yang dilakukan oleh manajemen?

Dan apa boleh buat, penulispun mendapatkan jawaban: kacamata boleh berbeda namun masalah tetap sama. Orang-orang telah "kebal" terhadap perubahan: perubahan adalah hal yang pasti, namun proses dan upaya "survival" di dalam organisasilah yang harus dijaga. Sehingga office politics mengemuka, orang-orang tunduk pada arus terkuat, dan bahkan ikut terbawa arus. Dalam pada itu, perubahan demi perubahan tetap disuarakan seiring dengan dinamika perusahaan tsb.

Pertanyaan-pertanyaan kembali bermunculan di kepala penulis:
Mengapa perubahan disikapi dengan sikap antiperubahan?
Mengapa orang-orang yang ingin berubah meninggalkan perusahaan?
Mengapa tidak ada pencerahan dan perbaikan setelah berbagai perubahan dilakukan?
Karena orang-orang merasa perlu berubah?
Karena orang-orang tidak diberikan kepercayaan?
Karena setelah pencerahan dan perbaikan akan kembali diterpa oleh perubahan dan pergeseran lainnya?

Begitu banyak pertanyaan "mengapa", yang harus dijawab "oleh karena" segera. Semoga.

Selasa, Desember 08, 2009

Memahami "Campers" dalam Organisasi

Terdapat 3 jenis orang yang sangat lazim ditemui dalam organisasi, yakni: campers, climbers dan quiters. Dalam artikel ini campers akan lebih banyak dibahas karena mereka adalah orang-orang yang average/ mediocre, tidak mencolok dan bisa jadi merupakan sekumpulan orang yang memberatkan gerak langkah organisasi menuju pertumbuhan atau bahkan penghambat perubahan dari waktu ke waktu.

Campers menyukai hidup berkelompok, memiliki rutinitas hidup kolektif, dan sayangnya tidak memiliki tujuan. Jika ditanyakan hal-hal apa saja yang disukai ketika berada di organisasi, maka jawabannya adalah: saya senang berada di sini karena kekeluargaannya yang erat; saya merasa seperti berada di rumah, karena banyak yang memperhatikan saya; saya merasa waktu cepat berlalu di sini, tak terasa sudah lebih dari 10 tahun saya bekerja di sini; saya mendapatkan keseimbangan hidup selama bekerja di sini. Dan berbagai macam jawaban yang sepertinya menyenangkan dan menenangkan. Karena sepantasnyalah setiap orang berjuang untuk mendapatkan tempat senyaman ini.

Lalu mengapa campers ini memberatkan gerak langkah organisasi? Pada umumnya tipikal campers tidak suka diajak berpindah secara drastis, seperti: mendaki bukit yang lebih tinggi; menuruni lembah lalu mendaki gunung; atau berlari mencari tempat yang lebih baik dari tempat yang didiami saat ini. Pola-pola yang sudah diterapkan sedemikian teraturnya sehingga untuk berpindah sangatlah berat. Tenda-tenda sudah didirikan, teman-teman siap dengan api unggun dan tugas-tugas menyenangkan lainnya. Lalu mengapa pindah?

Ketika berpindah, lahirlah para climbers dan quiters. Siapa mereka? Climbers adalah orang yang tertantang untuk bergerak, karena mereka menyukai tantangan... untuk perbaikan diri dan tentunya organisasi. Mereka adalah orang yang gampang sekali menyesuaikan diri dari berbagai kondisi drastis. Dan mereka adalah orang yang tidak takut dalam mengambil risiko. Sedangkan quiters adalah orang-orang yang berhenti atau terhenti, sehingga mereka akan mencari situasi yang tepat untuk mengekspresikan bahwa mereka tidak berada dalam dua posisi ini.

Organisasi membutuhkan climbers yang akan membawa organisasi ke tempat yang lebih baik, quiters akan lebih menghambat gerak organisasi-meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun jumlah campers-lah yang menentukan apakah organisasi menjadi organisasi yang adaptif, berubah untuk kebaikan, & senantiasa berakselerasi dengan tantangan-tantangan yang semakin tidak menyenangkan ini.

Sehingga ada benarnya jika Jack Welsh, mantan CEO GE, secara berkala menyingkirkan para campers ini perlahan-lahan. Bagaimana dengan organisasi Anda?

Lebih lanjut,

Campers:
* Bekerja keras hanya untuk merasa aman
* Hanya mau melakukan perubahan kecil dan resiko minimal
* Cukup mengerjakan hal-hal yang rutin dan sesuai prosedur

Quitters:
* Bekerja sekedar cukup untuk hidup
* Memilih untuk menghindari tantangan dan resiko
* Lebih memilih menunggu daripada memulai inisiatif

Climbers:
* Bekerja untuk menghasilkan perubahan dan inovasi terus menerus
* Tidak takut untuk mengambil resiko yang besar
* Mencari hal-hal yang baru dan menantang